JAMBIUPDATE.CO, JAKARTA – Inggris secara resmi meninggalkan Uni Eropa (UE) pada 31 Januari 2020. Ekonom memandang keluarnya Britania Raya dari UE atau dikenal dengan istilah Brexit itu bagaimana dua sisi mata uang yang berdampak positif maupun negatif bagi perekonomian Indonesia.
Direktur Eksekutif INDEF, Tauhid Ahmad mengatakan, Brexit bisa menguntungkan Indonesia untuk sektor perdagangan. Dia mecontohkan untuk kasus minyak mentah kelapa sawit atau Crude Palm Oil (CPO), sehingga Indonesia tidak bergantung lagi kepada UE.
Di sisi lain, menurut dia, secara otomatis akan berdampak bagi Indonesia dikarenakan permintaan Benua Biru itu terhadap produk dalam negeri menjadi berkurang. “Kalau Brexit, saya kira ada sisi positif dan negatif,” kata dia, kemarin (2/2).
Direktur Eksekutif Riset Core Indonesia, Piter Abdullah menilai meski Inggris dan UE sudah keluar namun setelah ini bagaimana hubungan antara Inggris dan UE belum ada kepastian.
“Nah, ketidakpastian ini yang bisa berdampak negatif terhadap perekonomian global, menurunkan risk appetite yang berujung tertahannya aliran modal ke instrumen berisiko termasuk menahan aliran modal yang masuk ke indonesia,” kata Piter kepada Fajar Indonesia Network (FIN), kemarin (2/2).
Kendati demikian, Menurut Piter, Brexit tidak perlu dikhawatirkan memengaruhi pasar keuangan. Dampak Brexit tidak akan terlalu besar terhadap sektor keuangan nasional.
“Seperti disebutkan Menteri Sri Muyani, beliau lebih khawatir dengan wabah Corona ketimbang degan Brexit,” ujar doa.